Tips Kepala Desa Ponggok yang Mengelola BUMDes Layaknya Skripsi
Klaten - Keberhasilan Desa
Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah agaknya menyedot
perhatian banyak kalangan terutama desa. Bagaimana tidak, Desa Ponggok yang
dulu dikenal sebagai desa miskin, justru telah memiliki Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) dengan omzet mencapai Rp12 Miliar. Maka tak heran jika hampir setiap
hari desa ini dihampiri oleh aparat desa yang ingin belajar mengelola
BUMDes.
Kali ini, Selasa (14/11), kunjungan datang dari 81 BUMDes se-Jawa Tengah
dan DIY. Mereka adalah peserta kegiatan BUMDes Talk yang digelar oleh
Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi bersama
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UGM di Solo sejak kemarin.
Kedatangan mereka adalah untuk melihat dan bertukar pengalaman langsung terkait
keberhasilan BUMDes bernama Tirta Mandiri ini.
"Ponggok dulu masih tertinggal, potensinya belum tergali. Dulu tahun
2007 ketika kami awal menjadi Kepala Desa kami bingung, Ponggok ini banyak air,
tapi kami bingung mau mengolahnya seperti apa," ujar Kepala Desa Ponggok,
Junaedhi Mulyono di hadapan peserta BUMDes Talk.
Mulyono mengatakan, untuk mengembangkan BUMDes, hal yang pertama dibutuhkan
selain potensi adalah permasalahan dan data. Dalam hal ini ia meminta kerjasama
dari LPPM UGM untuk mengirimkan mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik di
desanya hingga tiga tahun berturut-turut.
Adapun KKN pertama fokus pada penelitian permasalahan desa seperti
kemiskinan, pengangguran, dan sebagainya. Selanjutnya KKN ke dua fokus pada
potensi desa, kemudian KKN ke tiga fokus pada pemberdayaan ekonomi.
"Akhirnya kami dulu berpikir bagaimana mengolah ini seperti skripsi.
Ada tantangan, banyak pengangguran, banyak rentenir, akhirnya kami bersurat ke
UGM minta diadakan KKN tematik. Kami ajak untuk penelitian masalah yang ada.
Karena kalau mau pengembangan, maka data yang diperlukan," terangnya.
Ia mengakui bahwa menjadikan BUMDes berhasil bukanlah pekerjaan yang mudah,
sehingga butuh komitmen besar untuk menjalankannya. Maka tidak heran jika
banyak desa yang kebingungan dalam mengelola BUMDes.
"Nah ini harus dikembalikan ke tujuan visi dan misi desa. Dari sini
kita akan ketemu potensi desa mau diolah seperti apa," ujarnya.
Di sisi lain, Direktur Utama BUMDes Tirta Mandiri, Joko Winarno mengatakan,
BUMDes yang telah memiliki 13 unit usaha tersebut telah dikelola secara
profesional. Tahun 2015 BUMDes tersebut mampu meraih omzet Rp6,2 Miliar, Tahun
2016 Rp10,3 Miliar, dan Tahun 2017 hingga Oktober lalu mencapai Rp12 Miliar.
"Pengelolaan kami sudah dalam bentuk holding dan dikelola secara
profesional. Potensi sekecil apapun kalau dikelola secara optimal akan
menghasilkan hal yang luar biasa," ujarnya.
Umbul Ponggok sendiri lanjutnya, adalah wisata kolam desa yang telah mendapatkan
rata-rata sebanyak 50.000 pengunjung per bulan. Sehingga dari keuntungan
tersebut, Desa Ponggok pun membuat program satu rumah satu sarjana. Yang mana
dalam hal ini, satu anak dari setiap rumah akan dibiayai kuliahnya oleh desa.
"Dari sisi kesehatan, kalauada warga yang sakit sudah tidak lagi mikir
biaya. Pemerintah desa sudah mengcover semua," ujarnya.
0 Comments